يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (ingatlah) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33] : 41)
Bahkan Allah سبحانه و تعالى menggambarkan bahwa orang-orang yang
menggunakan akalnya dan rajin merenung adalah mereka yang mengingat
Allah dalam setiap gerak hidupnya, baik saat berdiri, duduk maupun
berbaring.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي
الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ
جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi.” (QS. Ali Imran [3] : 190-191)
Salah satu ciri khas masyarakat jahiliyah, di zaman kapanpun dan di
negeri manapun, ialah lalai dalam mengingat Allah سبحانه و تعالى .
Mereka tidak memandang perlu menjadikan Allah سبحانه و تعالى sebagai
fokus perhatian dalam hidupnya. Mereka menyangka bahwa segala
gerak-gerik hidupnya dapat diatur oleh dirinya sendiri dan menurut
nilai-nilai, aturan dan hukum bikinannya sendiri. Allah سبحانه و تعالى
hanyalah tempat meminta saat sedang menghadapi kesulitan. Tapi secara
umum mereka memandang bahwa Allah سبحانه و تعالى, nilai-nilai dien-nya,
aturan-Nya apalagi hukum-Nya tidak perlu “dilibatkan” di dalam kehidupan
mereka. Sungguh sombong sekali sikap kaum jahiliyah itu.
Padahal di dalam ajaran Islam Rasulullah Muhammad صلى الله عليه و سلم
mengajarkan kepada ummatnya agar tidak sekedar rajin memperbanyak
dzikrullah. Tapi hendaknya berdzikrullah dengan cerdas. Artinya kita
disuruh memilih dan mengamalkan dzikir mengingat Allah سبحانه و تعالى
yang efisien. Jumlah sepertinya tidak terlalu banyak tetapi bobotnya
berat di sisi Allah سبحانه و تعالى dan RasulNya صلى الله عليه و سلم .
Salah satu contohnya ialah yang dijelaskan melalui hadits shahih di
bawah ini:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ وَهِيَ
فِي مَسْجِدِهَا ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى وَهِيَ
جَالِسَةٌ فَقَالَ مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ
عَلَيْهَا قَالَتْ نَعَمْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ
لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا
نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan 'Amru An
Naqid dan Ibnu Abu 'Umar -dan lafadh ini milik Ibnu Abu 'Umar- mereka
berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Muhammad bin
'Abdurrahman -budak- keluarga Thalhah dari Kuraib dari Ibnu 'Abbas dari
Juwairiyah bahwasanya Nabi صلى الله عليه و سلم keluar dari rumah
Juwairiyah pada pagi hari usai shalat Subuh dan dia tetap di tempat
shalatnya. Tak lama kemudian Rasulullah صلى الله عليه و سلم kembali
setelah terbit fajar (pada waktu dhuha), sedangkan Juwairiyah masih
duduk di tempat shalatnya. Setelah itu, Rasulullah صلى الله عليه و سلم
menyapanya: "Ya Juwairiyah, kamu masih belum beranjak dari tempat
shalatmu?" Juwairiyah menjawab; 'Ya. Saya masih di sini, di tempat
semula ya Rasulullah.' Kemudian Rasulullah صلى الله عليه و سلم berkata:
'Setelah keluar tadi, aku telah mengucapkan empat rangkaian kata-kata
-sebanyak tiga kali- yang kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa
yang kamu baca seharian tentu akan sebanding, yaitu:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
WABIHAMDIHI, 'ADA KHOLQIHI WARIDHOO NAFSIHI
WAZINATA 'ARSYIHI WAMIDAADA KALIMAATIHI."Maha Suci Allah dengan segala
puji bagi-Nya sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut keridlaan-Nya,
menurut arasy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya.' (Hadits Shahih Muslim No. 4905)
Subhanallah...! Bayangkan, selama Nabi صلى الله عليه و سلم
keluar rumah sesudah sholat subuh sampai beliau kembali di waktu dhuha
Juwairiyah berada di atas sajadahnya berdzikir mengingat Allah سبحانه و
تعالى . Dan sesudah Nabi صلى الله عليه و سلم pulang, beliau mengatakan
bahwa selama sedang keluar itu ada suatu amalan dzikrullah yang
dibacanya sebanyak tiga kali yang bobotnya setara dengan dzikrullah
Juwairiyah selama duduk di atas sejadahnya. Inilah dzikrullah yang
cerdas, efisien namun berat bobotnya di sisi Allah سبحانه و تعالى dan
sisi RasulNya صلى الله عليه و سلم .
Semoga Allah سبحانه و تعالى tanamkan ketekunan di dalam diri dan
keluarga kita untuk cerdas dalam berdzikir mengingat Allah سبحانه و
تعالى . Salah satunya ialah dengan membaca setiap pagi dan petang hari
sebanyak tiga kali kalimat berikut:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ
sumber : www.eramuslim.com
0 comments:
Posting Komentar